miyou.org – Donald Trump, Presiden Amerika Serikat, kembali memicu kontroversi setelah memuji Presiden Liberia, Joseph Boakai, karena menggunakan “bahasa Inggris yang baik”. Trump menyampaikan pujian tersebut saat menghadiri acara penggalangan dana di New Jersey pada awal pekan ini. Ucapan tersebut langsung mendapat reaksi keras dari berbagai kalangan, terutama di benua Afrika.
Trump mengaku terkesan karena Presiden Liberia berbicara dengan “bahasa Inggris sempurna”. Menurutnya, hal itu menunjukkan bahwa Liberia memiliki pemimpin yang “terpelajar dan berbudaya”. Namun, banyak pihak menilai komentar tersebut mengandung nada merendahkan dan mencerminkan pandangan kuno terhadap negara-negara Afrika.
Reaksi Keras dari Warga dan Tokoh Afrika
Sejumlah tokoh Afrika, termasuk politisi, akademisi, dan aktivis hak asasi manusia, langsung mengecam pernyataan Trump. Mereka menilai komentar tersebut menunjukkan ketidaktahuan Trump tentang sejarah dan realitas di Afrika. Liberia merupakan negara berbahasa Inggris resmi, dan banyak warganya memang menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Seorang profesor dari Universitas Ghana, Kwame Mensah, menyebut pernyataan Trump sebagai “komentar rasis terselubung”. Ia menegaskan bahwa orang-orang di Afrika telah berbicara bahasa Inggris selama lebih dari satu abad karena sejarah kolonialisme dan hubungan diplomatik global.
Sejarah Liberia Menjadi Faktor Penting
Liberia memiliki hubungan sejarah yang kuat dengan Amerika Serikat. Negara tersebut berdiri pada awal abad ke-19 sebagai tempat pemukiman mantan budak asal AS. Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi karena pengaruh langsung dari pendiriannya. Oleh karena itu, komentar Trump dianggap sangat tidak sensitif dan menunjukkan kurangnya pengetahuan sejarah.
Beberapa warga Liberia bahkan menyatakan kekecewaan terhadap Trump. Mereka merasa pernyataannya seolah-olah menganggap kemampuan berbicara bahasa Inggris sebagai hal luar biasa, padahal itu merupakan hal umum di negara mereka.
Pakar Komunikasi Sebut Komentar Bersifat Merendahkan
Sejumlah pakar komunikasi politik menyatakan bahwa komentar seperti yang Trump lontarkan dapat memperkuat stereotip negatif terhadap Afrika. Mereka menilai pujian terhadap kemampuan dasar seperti bahasa hanya menunjukkan rendahnya ekspektasi terhadap negara-negara Afrika.
Dr. Angela Brown, pakar komunikasi internasional asal Nigeria, menyebut pernyataan Trump sebagai “pujian yang merendahkan”. Ia menekankan bahwa banyak pemimpin Afrika fasih berbahasa Inggris, Prancis, atau Portugis karena sejarah kolonial yang panjang. Menurutnya, komentar Trump tidak hanya tidak pantas, tapi juga mencerminkan cara pandang dunia Barat yang masih bias terhadap Afrika.
Seruan untuk Edukasi dan Sensitivitas Budaya
Berbagai organisasi di Afrika menyerukan pentingnya edukasi lintas budaya bagi tokoh-tokoh publik internasional. Mereka mengingatkan bahwa dalam dunia global saat ini, pemimpin politik harus memahami konteks dan sejarah sebelum memberikan komentar.
Aktivis dari Kenya, Josephine Mbatha, mengatakan bahwa sudah saatnya tokoh slot depo 10k internasional berhenti menggunakan standar Barat untuk menilai negara-negara berkembang. Ia mengajak masyarakat global untuk lebih menghargai keragaman budaya dan sejarah bangsa lain.